Lensaparlemen.com, Jakarta: Oleh Dahlia Arum Wicaksono (Mahasiswa ITB Ahmad Dahlan Jakarta)
Menurut seorang dosen Fakultas Ilmu Pendidikan dan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Dr. H. Rochmat Wahab, MA, Idul Adha merupakan hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijah tahun Hijriyah. Segenap umat Islam selalu mengagungkan nama kebesaran Allah, takbir selama empat hari berturut-turut. Kendatipun peristiwa ini terjadi secara rutin tiap tahun, namun Idul Adha selalu memberikan makna bagi setiap umat Islam. Bahkan dalam batas-batas tertentu memiliki makna juga bagi umat lain, karena Idul Adha memiliki misi kemanusiaan yang bersifat universal.
Seperti yang dilansir dari sebuah artikel online (CNN Indonesia), Idul Adha yang merupakan hari raya kurban bagi umat muslim, akan tetap terlaksana walaupun di tengah pandemi covid 19. Merujuk pada maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah, pelaksanaan hari raya Idul Adha 2020 atau 10 Dzulhijah 1441 H jatuh pada hari Jumat 31 Juli 2020. Pimpinan pusat Muhammadiyah menyampaikan bahwa hari Arafah jatuh pada Kamis 30 Juli 2020. Sementara 1 Dzulhijah 1441 H dimulai Rabu 22 Juli 2020.
Sejarah Idul Adha
Sedikit cerita mengenai Idul Adha, yang merupakan hari raya kurban, hal ini berhubungan dengan mengurbankan sesuatu yang dimiliki. Kurban bermula dari perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya. Nabi Ibrahim menerima kabar tersebut lewat mimpi. Saat akan disembelih Allah mengganti sang anak dengan seekor hewan ternak yang besar.
Seperti diterangkan dalam Al-Quran surat As-Saffat ayat 107-110
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ
“Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian.”
سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ
“Yaitu kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim.”
كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
“Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Sungguh mulianya Nabi Ibrahim menjawab panggilan Allah walaupun mengorbankan orang yang dicintainya, maka dari itu makna sebenarnya dari hari raya Idul Adha adalah untuk mengajarkan umat manusia belajar mengikhlaskan dan menjalani jalan yang telah ditentukan oleh Allah, karena kelak akan mencapai kebahagiaan di dalam hidup dan senantiasa Allah akan membalas orang – orang yang berbuat baik, seperti yang dikutip dari surat As-Saffat.
Dalam Idul Adha umat muslim wajib menjalankan delapan sunnah yang di berikan oleh Allah. Seperti sabda Rasulullah saw.
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ، فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ، فَإِنْ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ، قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ: انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ، ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ
“Sesungguhnya perkara pertama kali yang dihisab pada hari kiamat dari amal seorang hamba adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka sungguh dia beruntung dan selamat. Jika shalatnya buruk, maka sungguh dia celaka dan rugi. Jika terdapat suatu kekurangan pada shalat wajibnya, Allah Ta’ala berfirman, “Periksalah, apakah hamba-Ku memiliki ibadah sunnah yang bisa menyempurnakan ibadah wajibnya yang kurang?” Lalu setiap amal akan diperlakukan sama seperti itu.” (HR. Tirmidzi no. 413, An-Nasa’i no. 466, shahih).
Faktanya banyak dari kita tidak menjalankan ibadah wajib dengan shalat 5 waktu yang merupakan sabda Allah, seperti yang tertera pada hadist di atas amal seorang hamba adalah shalat dan itu merupakan hukum wajib dari umat utuk menjalankan ibadah. Namun akan buruk hukumnya bagi mereka yang suka meninggalkan shalat dan jika itu terjadi sesuai dengan firman Allah umatnya harus memiliki ibadah sunnah untuk menyempurnakan ibdah wajibnya yang kurang.
Dengan menjalankan sunnah kita sebagai umat tidak hanya memupuk sebuah amal namun juga melatih diri sendiri untuk menahan hawa nafsu, iri dengki, serta mengontrol perkataan. Delapan sunnah yang diterapkan seperti memperbanyak amal shaleh, perbanyak membaca tahlil, takbir, dan tahmid, berpuasa dan menjalankan puasa sunnah Arafah pada 9 Dzulhijah.
Lantas, bagaimana pelaksanaannya?
Seperti yang diketahui jika pelaksanaan Idul Adha akan tetap berlangsung namun memiliki aturan dalam pelaksanaannya yang telah ditetapkan oleh Kementan (Kementrian Pertanian), di tengah pandemi covid 19 penjual dan pemotong hewan kurban harus menaati beberapa protokol kesehatan nasional saat saling berinteraksi. Penjualan hewan kurban harus melibatkan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) atau organisasi dan lembaga ambil zakat yang lainnya.
Organisasi – organisasi tersebut dapat membantu dalam pembatasan waktu, tempat penjualan, dan penempatan fasilitas alat kesehatan. Petugas pemotongan hewan kurban harus menggunakan masker atau face shield, tidak merokok, meludah, dan memperhatikan etika bersin serta batuk selama kegiatan berlangsung. Anjuran tersebut mutlak diterapkan di tengah pandemi demi menghindari yang tidak diinginkan.
Dalam agama Islam seorang muslim wajib taat mengikuti aturan selama aturan tersebut tidak melanggar syariat Allah dan seorang muslim wajib patuh pada pemimpin selama kepemimpinannya tidak merugikan orang lain terlebih diri sendiri. Hal tersebut di paparkan dalam hadist HR. Bukhari No. 7144
السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ عَلَى المَرْءِ المُسْلِمِ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ، مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ، فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ
“Wajib bagi setiap muslim untuk mendengar dan taat (kepada atasan), baik ketika dia suka maupun tidak suka. Selama dia tidak diperintahkan untuk bermaksiat. Jika dia diperintahkan untuk bermaksiat, maka tidak ada kewajiban mendengarkan maupun mentaatinya”. (HR. Bukhari, No. 7144)
Berdasarkan hadist di atas Allah mengajarkan umatnya untuk selalu berpikir terbuka tentang aturan dan taat selama tidak melanggar syariat dengan melakukan maksiat, pencurian dan hal lainnya yang tidak diajarkan oleh Allah. Umatnya juga diajak untuk ikhlas dalam menerima ketika ia tidak suka dengan aturan yang ada, karena senantiasa di balik itu semua ada rencana Allah yang begitu besar dan tidak diketahui oleh umatnya. Entah itu buruk (jika ia melanggar) atau baik (jika ia ikhlas melaksanakannya).