Padang— Bertempat di dangau inspirasi di kawasan Maransi, Kota Padang, tim Satuan Tenaga Konselor (SANAK) Pariwisata Sumbar menyambangi salah satu tokoh penting dalam dunia pertanian, Ir Djoni. Pertemuan tersebut dalam rangka meminta saran terkait pembinaan desa wisata, terutama dalam hal pertanian (agro) ke depan. Kepada tim SANAK yang diwakili Ady Kurniawan, Ajo Wayoik, dan Husen, mantan Kadis Pertanian Sumbar ini memberi banyak masukan yang sangat berharga.
“Turun ke lapangan, bertemu dengan masyarakat itu kita harus jadi pendengar yang baik. Tidak ada gunanya mengemukakan ide kita dulu. Kita dengar dulu mereka. Kita diberi dua telinga kan?” kata Ir Djoni secara filosofis. Menurut Djoni, petani adalah orang-orang yang jauh lebih pintar ketimbang mereka yang datang itu. “Jadi, mereka harus kita gali dan kenali. Jadikan mereka kuat dengan kekuatan sendiri. Karena mereka yang mengenal potensi dalam diri, dan potensi lahan mereka,” sebutnya.
Ir Djoni langsung menantang tim SANAK untuk turun dan membina 50 desa dengan potensi pertanian yang sudah digarap, agar dijadikan desa Wisata agro. “Tim sanak ini sudah lengkap. Isinya anak-anak muda dengan karakter yang kuat dan potensi yang hebat. Tinggal lagi mensingkronkan mereka dengan petani-petani kita,” sebutnya. Salah seorang anggota Tim Percepatan Sumbar Madani (TPSM) ini mengapresiasi pembentukan tim SANAK oleh Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat. “Ini langkah maju. Kita harus ubah pola. Dan mereka (SANAK) sudah menjabarkan polanya kepada saya. Ini menarik. Mereka siap terjun ke lapangan, datang ke lahan, menemani emak-emak dan petani. Bukan hanya kasih kelas di hotel saja,” katanya.
Kadis Pariwisata Sumatra Barat Novrial yang hadir pada pertemuan tersebut menjelaskan, saat ini 50 desa wisata dimaksud sangat perlu dibekali dengan tata kelola, branding, serta penguatan pada berbagai sektor pendukung agar menjadi desa wisata yang dapat diunggulkan. “Desa wisata agro yang kita bidik ini tinggal diarahkan saja pada sistem yang tepat. Nanti akan terjadi peningkatan perekonomian yang diharapkan,” katanya.
Dengan hanya bertumpu pada penjualan hasil tani, para petani menghadapi kendala turbulensi harga pasaran yang kerap tidak menentu. Tapi jika dijadikan sebagai wahana pariwisata, lahan pertanian dapat didatangi tamu. “Nanti misalnya dalam sistem petik sendiri, para wisatawan akan membeli buah dengan harga yang ditetapkan langsung oleh petani. Sebab disana ada pengalaman yang dapat dirasakan. Jadi, nilai lahan tani akan lebih ekonomis sebagai destinasi,” sebutnya.
Ady Kurniawan dari tim SANAK mengatakan timnya siap menerima tantangan Ir Djoni. “Kami dari awal sudah berkomitmen untuk berbagi dengan semua pelaku wisata, bahkan termasuk petani. Bagi kami, tantangan ini sangat penting untuk dijawab dengan kerja. Polanya sangat sesuai dengan yang diarahkan oleh guru kami Ir Djoni,” kata pendiri Green Talao Park ini. (rilis)