Foto Dok Disparprov: Makan Bajamba di Istana Pagaruyuang 2 Nov 2019 pada finish Etape 1
Oleh: Hendri Agung Indrianto, Disparprov Sumbar
Awal pelaksanaan Tour de Singkarak (TdS) pada tahun 2009 adalah selain sebagai pemulihan industri pariwisata Sumatera Barat pasca gempa, juga sebagai upaya promosi memperlihatkan pesona alam serta membuktikan kepada dunia luar bahwa Sumatera Barat telah siap kembali menerima kunjungan wisatawan. Gagasannya adalah menjelajah “scenic route” jalur-jalur dengan pemandangan yang indah dilalui oleh para pembalap sambil diliput dan diambil gambarnya untuk dipublikasikan.
Dari 2009 sampai 2019 TdS telah 11 kali dilaksanakan. Pada 2020 pelaksanaannya dibatalkan karena Pandemi COVID19 yang memaksa Pemerintah Daerah me’refocussing anggaran untuk penanganan Pandemi. Namun COVID19 ternyata juga menjadi “Blessing in Disguise” bagi popularitas trend bersepeda yang melonjak sangat pesat membuat permintaan sepeda melonjak drastis dan menjadi penopang ekonomi yang tengah mati suri.
Bahkan di DKI Jakarta, menurut data dari survey yang dilaksanakan oleh ITDP (Institute for Transportation and Development Policy), pada tahun 2020 terjadi peningkatan jumlah pengguna sepeda itu sampai 1.000 persen selama periode PSBB sampai masa transisi. Hal ini juga membuat tumbuh dan menjamurnya komunitas – komunitas bersepeda. Oleh karena itu peluang ini lah yang akan ditangkap pada pelaksanaan TdS 2021, dimana direncanakan untuk diadakan 2 etape Community Race Cycling for all yang terbuka untuk umum. Etape ini merupakan ajang partisipasi masyarakat atau komunitas balap sepeda, mengajak mereka merasakan sensasi TdS sambil menikmati pesona alam keindahan alam Sumbar dengan bersepeda pada etape terbaik TdS.
Alhamdulillah pelaksanaan TdS 2021 telah mendapat kepastian dengan dukungan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno dan Ketua Umum PB ISSI Raja Sapta Oktohari. Pada pertemuannya dengan Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno dan Ketua Umum PB ISSI Raja Sapta Oktohari Kamis 4 Februari 2021 yang lalu, Menteri Sandi telah menegaskan bahwa TdS 2021 pasti akan dilaksanakan karena TdS adalah “Iconic Event“, bukan saja bagi Sumatera Barat, namun juga untuk Indonesia. Sungguh merupakan suatu “Privillage” bagi TdS telah mendapatkan jaminan langsung dari Menteri. Pada pertemuan tersebutlah Ketua Umum PB ISSI melontarkan gagasan diadakannya Community Race yang disetujui oleh Menparekraf bahkan langsung memberikan konfirmasi kehadirannya bersama Ketua Umum PB ISSI.
Menparekraf menyatakan yang akan menjadi pokok pemikiran utama bagi pelaksanaan TdS 2021 tentu bukan lagi jadi atau tidak jadi, namun bagaimana kita melaksanakannya. Di era Pandemi COVID19 ini tentu saja berbagai aspek CHSE (Cleanliness, Health, Safety dan Environment) serta Protokol Kesehatan yang disiplin dan ketat harus diterapkan demi keselamatan dan kenyamanan para pembalap, semua yang terlibat dan masyarakat. Juga sebagai pertimbangan bagi Menparekraf adalah Sumatera Barat telah berpengalaman berhasil mengadakan event besar sekelas MTQ Nasional di era pandemi. Event ke 28 tersebut dilaksanakan pada bulan November 2020 dengan protokol kesehatan yang sangat ketat, berjalan lancar tanpa kendala yang berarti. Diperkirakan hampir 10.000 pengunjung datang ke Sumbar baik peserta, officials dan pendamping.
Untuk itu penyelenggaraan TdS 2021 edisi ke 12 yang telah masuk kedalam kalender Internasional Asia Tour class 2.2 Asosiasi Balap Sepeda Internasional (UCI: Union Cycliste Internationale) ini tentu akan menjadi sebuah “Big Challenge” bagi penyelenggara untuk merencanakan dengan prima bersama seluruh pihak terkait dan kemudian mengeksekusinya sebaik mungkin. Apabila sukses terlaksana, maka tidak diragukan lagi akan mendongkrak Industri Pariwisata dan makin mengharumkan nama Sumatera Barat serta menjadi acuan dan barometer pelaksanaan Event Sport Tourism berskala internasional di Indonesia, atau mungkin saja di level internasional. Semoga!!
