Jumat, Juni 27, 2025
  • Tentang Kami
  • Periklanan
  • Karir
Lensaparlemen.com
  • Parlemen
  • Nasional
  • Pemerintah
  • Berita Daerah
    • All
    • Lintas Jawa
    • Lintas Nusa
    • Lintas Sumatera

    Santuni 40 Yatim Piatu, Squad 05 Komitmen Perkuat Silaturahmi dan Saling Membantu.

    Rumah Semi Permanen Kembali Terbakar di Kapuk Muara

    Rumah Semi Permanen Kembali Terbakar di Kapuk Muara

    Sekjen PKS Minta Para Anggota DPRD PKS Bekerja Lebih Cekatan Menghadapi Pemilu 2024

    Sekjen PKS Minta Para Anggota DPRD PKS Bekerja Lebih Cekatan Menghadapi Pemilu 2024

  • Olahraga
  • Ekonomi
  • Login
No Result
View All Result
Lensaparlemen.com
Home Nasional

Soal Prancis, Gus Yahya Tegaskan Perlunya Konsensus Global

Suranto by Suranto
November 4, 2020
in Nasional
Reading Time: 2 mins read
0
Soal Prancis, Gus Yahya Tegaskan Perlunya Konsensus Global
0
SHARES
16
VIEWS
Share on FacebookShare on WhatsappShare on Twitter

Related posts

Seminar Cyber Freedom: Bangkitkan Semangat Kepahlawanan, Lawan Ancaman Siber

Seminar Cyber Freedom: Bangkitkan Semangat Kepahlawanan, Lawan Ancaman Siber

November 12, 2024
Ketua DPRD DKI Jakarta Komitmen Perjuangkan Beasiswa Pendidikan Warganya Ke Luar Negeri

Ketua DPRD DKI Jakarta Komitmen Perjuangkan Beasiswa Pendidikan Warganya Ke Luar Negeri

Oktober 13, 2024

Peristiwa konflik berdarah di Prancis menyisakan problematika yang cukup rumit. Berbagai masalah saling tumpang tindih. Konflik horizontal seperti ini pun tidak terjadi di Prancis saja, tetapi di banyak negara lain, seperti Amerika Serikat, konflik seperti ini juga terjadi. Melihat hal demikian, Katib ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menegaskan perlunya konsensus bersama untuk menyelesaikan problematika yang melanda dunia secara global tersebut. “Ini kita harus mengembangkan wawasan baru, kemudian memperjuangkan konsensus secara global,” katanya saat galawicara Peci dan Kopi bertema Islam and Blasphemy yang digelar 164 Channel dengan NU Online pada Selasa (3/11). Pasalnya, lanjut kiai yang akrab disapa Gus Yahya tersebut, hal ini terkait dengan wawasan yang terlanjur mapan, termasuk mengenai status kafir dan penghinaan yang dianggap sebagai kebebasan. “Itu sebabnya, kita sebetulnya memerlukan wawasan alternatif, diskursus alternatif yang cukup mendasar,” ujarnya. Dalam segi diskursus, menurutnya, kita sampai hari ini belum punya wawasan komprehensif. Pada konteks usul fiqih, misalnya, Gus Yahya mengatakan belum ada ruang cukup untuk mempertimbangkan perubahan konteks realitas. “Usul (fiqih) kita ini lebih banyak bersifat mantiqi sekali dan pertimbangan konteks perubahan realitas ini belum punya cukup punya ruang. Ini perlu dikembangkan,” ucapnya. Dalam konteks yang lebih luas, ia menyebut perlunya transformasi pola berpikir masyarakat. Namun, problemnya sekarang ini adalah bahwa jika hendak membangun wawasan keislaman yang baru, kita sekarang tidak lagi punya struktur otoritas keagamaan yang terkonsolidasi. Oleh karena itu, menurutnya, perlu mengklaim otoritas kita sendiri, bahwa kita punya struktur otoritas sendiri, tidak perlu tergantung dari fatwa ulama manapun. Meskipun demikian, dalam konteks global, kita perlu bicara dengan semua otoritas Islam yang ada di berbagai belahan dunia Islam untuk mencapai konsensus-konsensus. “Ini persoalan yang harus kita angkat karena ini konsekuensinya riil,” katanya. Untuk hal ini, Gus Yahya juga melihat persoalan lain, yakni proses integrasi di antara komunitas yang amat beragam. Jadi, problem dan kegelisahan Islam sekarang ini soal bagaimana dunia Islam ini terintegrasi harmonis dan damai dengan dunia lainnya. Konstruksi yang bakal dimasuki Islam itu perlu berterima. Melihat prinsip yang dipegang kuat Prancis sendiri, Gus Yahya mengaku keberatan bahwa Islam harus menyesuaikannya tanpa ada perubahan sehingga perlu ada negosiasi. “Ini perlu dialog, perlu tawar-menawar, perlu negosiasi sampai dunia ini bisa mencapai konsensus,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu. Secara jujur, memang umat Islam memiliki elemen yang bermasalah di dalam wawasan pola pikirnya. Karenanya, ia menegaskan perlu mencari konsensus dengan harus melakukan penyesuaian yang diperlukan. Berpikir Ulang atas Syariat Islam dan Nilai Kewargaan Prancis Senada dengan Gus Yahya, Lurah Ngaji Ihya Ulumiddin Ulil Abshar Abdalla menyebut perlunya umat Islam memikirkan ulang atas teks yang menyebut penghina Nabi harus dibunuh yang tentu bermasalah dalam konteks saat ini. Sebaliknya, Prancis juga perlu berpikir ulang mengenai konsep Laicite (pemisahan negara dan agama) yang menjadi ideologi bernegaranya. “Tetapi, iadatuttafkir ini perlu dilakukan juga oleh pihak Prancis sendiri. Apakah betul Laicite yang keras seperti ini masih relevan sekarang?” katanya. Sebab, ia melihat adanya standar ganda dalam melihat kasus di Prancis. Gus Ulil, sapaan akrabnya, mencontohkan kasus kelompok greywars yang pro Turki bersuara mengenai genosida Armenia dibubarkan pemerintah setempat. Sedangkan pembuatan kartun Nabi dibiarkan sebagai bentuk kebebasan berpendapat. “Orang kiri di Prancis nggak suka orang-orang Islam melakukan rethinking, iadatuttafkir, atau membaca ulang tradisi karena itu dianggap memojokkan orang Islam. Itu islamofobia. Sementara orang Islam perlu melakukan itu. Bagi saya, kalau tidak melakukan itu, ini masalah,” katanya.

Previous Post

Memperkuat Ukhuwah melalui Friendly Match

Next Post

Di Tengah Derasnya Kritik, Jokowi Tetap Teken UU Cipta Kerja

Next Post
Di Tengah Derasnya Kritik, Jokowi Tetap Teken UU Cipta Kerja

Di Tengah Derasnya Kritik, Jokowi Tetap Teken UU Cipta Kerja

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BROWSE BY CATEGORIES

  • Berita Daerah
  • Ekonomi
  • Lintas Jawa
  • Lintas Nusa
  • Lintas Sumatera
  • Nasional
  • Olahraga
  • Parlemen
  • Pemerintah
  • Uncategorized

BROWSE BY TOPICS

#baladumkm #disparsumbar #kabupatentanahdatar #MakinCakapDigital #LiterasiDigital #SiberKreasi #DigitalCulture #DigitalEtihcs #DigitalSkills #DigitalSafety #LiDigSumatera1 #pemkotdepok #sandiagauno #tanahdatar Ahmad Yohan BIM BSA Corona Corona di Kota Depok Depok Dinas Pariwisata Pemprov Sumatera Barat Dispar Sumbar Dkr kota depok DPR RI Ekraf dan UMKM khas Ranah Minang Hj Nur Azizah Indonesia Kadistan Toli Kemenparkraf Kementan Kementerian Pariwsata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Komisi VIII Nur Azizah Kundapil Nur Azizah Tamhid NTB NTT Nur Azizah Tahmid Nur Azizah Tamhid PB ISSI PKS Reses Nur Azizah Tamhid Sandiaga Uno Sekda kota depok Sumatera Barat Sumbar Tasrif SH MH TdS 2021 Tolitoli Tour de Singkarak Tour de Singkarak (TdS) 2021 Tourism UMKM Wali Kota Depok

POPULAR NEWS

  • Muhammadiyah Memberi Masukan Kepada Pemerintah Hadapi Covid-19

    Muhammadiyah Memberi Masukan Kepada Pemerintah Hadapi Covid-19

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Syafril Pakar Pendidikan; Mendikbud Gagap Menghadapi Covid-19

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • CANTIKNYA BUKIT MUHAMMADIYAH DI MANGGARAI BARAT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lima Ribu Guru P3K Akan Kepung Kemendikbudristek, Apa Tuntutan Mereka?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hotel Triza: Akomodasi Yang Nyaman di Kota Painan Kabupaten Pesisir Selatan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Lensaparlemen.com

Ikuti Lensa Parlemen

Berita Terbaru

  • (tanpa judul)
  • (tanpa judul)
  • Seminar Cyber Freedom: Bangkitkan Semangat Kepahlawanan, Lawan Ancaman Siber
  • Tentang Kami
  • Periklanan
  • Karir

© 2020 Tim LensaParlemen.com

No Result
View All Result
  • Parlemen
  • Nasional
  • Pemerintah
  • Berita Daerah
    • Lintas Nusa
    • Lintas Jawa
    • Lintas Sumatera
  • Olahraga
  • Ekonomi

© 2020 Tim LensaParlemen.com

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In