TULISAN berikut ini adalah upaya berbagi pengalaman dan semangat bagi siapapun untuk menekuni dunia kepenulisan hingga kelak punya karya tulis yang bermanfaat, terutama dalam bentuk buku.
Bila kita hendak terjun ke dunia literasi khususnya kepenulisan sehingga kelak punya buku karya sendiri, maka paling tidak kita mesti memahami sekaligus memiliki beberapa modal penting sebagai berikut:
Pertama, Bangun niat dan kuatkan tekad. Niatkan saja bahwa kita mesti punya karya tulis terutama buku karya sendiri. Bangun itu dengan tekad yang kuat. Semangat dan motivasi yang terus terjaga.
Bila ada lintasan malas dan ragu maka langsung diobati kembali dengan membangun niat dan tekad. Kita percaya diri dan optimis bahwa kita bisa menulis. Termasuk menulis buku. Terus bangun kesadaran dalam diri bahwa mesti menulis buku. Pokoknya harus menulis buku. Percaya bisa dan optimis bisa!
Kedua, Banyak membaca. Musim media sosial yang semakin menjamur seperti saat ini adalah peluang dan momentum paling terbuka dan gratis. Dulu kita susah sekali mendapatkan sumber bacaan. Jangankan internet yang penuh dengan banyak tulisan seperti saat ini, buku saja susah betul kita mendapatkannya.
Sekarang, kita sudah bisa mendapatkan berbagai bacaan. Bahkan dengan mudah kita mendapatkannya. Kita pun bisa membaca apa saja. Terserah selera dan kesukaan kita. Bukan saja buku yang mudah dibaca, bahkan berbagai tulisan dari berbagai penulis ternama atau terkenal bisa kita dapatkan di berbagai media, terutama di internet.
Asal pastikan waktunya. Tentukan waktu khusus untuk membaca. Sesuaikan dengan aktivitas kita yang lain. Misalnya, 10 menit per hari. Atau 30 menit per hari. Momentumnya juga sesuaikan saja. Biar aktivitas membaca tidak dijadikan alasan untuk malas. Justru membaca mesti menjadi penyemangat bagi kita untuk menekuni aktivitas lain.
Ketiga, Banyak menulis. Sebagaimana membaca, menulis juga bisa kita lakukan kapan saja sesuai selera kita. Terus belajar menulis, tak boleh kalah oleh keterbatasan diri dan fasilitas. Semakin banyak belajar menulis maka akan membuat kita semakin punya keterampilan yang mumpuni.
Silahkan tentukan saja, kapan saja kita mesti menulis. Itu sesuai selera dan kenyamanan kita saja. Waktunya juga terserah kita saja. Asal ada jadwal khusus untuk menulis. Bisa 10 menit, bisa 30 menit dalam sehari.
Kalau kita sudah banyak menulis maka akan dengan sendirinya kita punya kemampuan menulis yang lebih dari biasanya. Dan ini cerita baiknya, kalau kita sudah terbiasa menulis maka kita pun akan ketagihan untuk menulis.
Keempat, Bergabung di komunitas. Secara umum, komunitas menulis adalah kelompok orang yang memiliki semangat dan motivasi yang sama untuk menulis bahkan punya karya tulis. Bahkan di dalamnya juga ada yang sudah punya karya tulis seperti buku dan tulisan jenis lain.
Walau begitu, orang yang baru belajar dan belum punya karya tulis apapun bisa juga bergabung di komunitas semacam itu. Komunitas “Cereng Menulis” juga bisa menjadi komunitas yang tepat, tempat dimana kita bisa bergabung, berbagi dan belajar bersama.
Pada komunitas semacam itu kita bisa bertanya, berbagi pengalaman, menebar motivasi dan membangkitkan semangat pada sesama seputar kepenulisan. Dengan demikian kita pun selalu punya teman bicara dan berbagai. Di saat kehilangan semangat, kita bisa meminta motivasi dari teman sekomunitas. Di saat semangat terjaga, kita bisa berbagi semangat dengan sesama komunitas.
Kelima, Berani publikasi. Tulisan yang baik adalah tulisan yang dipublikasi. Sebab dengan begitu, tulisan kita bisa dibaca oleh banyak orang. Bahkan tulisan kita bisa dikoreksi, dikritik, dan dinikmati oleh banyak orang sebagai tulisan yang kelak punya banyak manfaat.
Sehebat apapun seseorang dan sebagus apapun tulisannya, ia benar-benar bagus manakala diuji di ruang pembaca. Makanya kalau kita sudah menulis, langsung saja publikasi ke banyak orang. Tak usah ragu dan takut. Sekali menulis, langsung publikasi. Bagus atau tidaknya tulisan, itu urusan ke sekian.
Sekarang banyak media yang bisa kita manfaatkan. Ada Website, Blog, WhatsApp, Facebook, Instagram dan masih banyak lagi. Berita baiknya, kita bisa mendapatkan semuanya secara terbuka. Bahkan kita bisa bikin halaman, laman dan akun sendiri secara gratis. Saya sendiri selama ini memanfaatkan semua media tersebut untuk publikasi. Di samping beberapa tulisan saya kirim dan dimuat di Surat Kabar, Majalah dan Media Online lainnya.
Keenam, Siap dikoreksi dan dikritik. Bila kita mau terjun dalam dunia kepenulisan dan ingin sekali punya karya tulis seperti buku karya sendiri, maka hendaknya kita pastikan diri kita untuk siap dikoreksi dan siap dikritik oleh siapapun. Baik oleh yang suka dengan kita dan tulisan kita maupun orang yang tak suka dengan kita dan tulisan kita.
Mendapatkan koreksi dan kritik dari pembaca akan menjadi energi tersendiri bagi kita. Karena dengan begitu kita bisa mengetahui kekurangan atau kesalahan tulisan kita. Kita juga bisa memahami apa selera pembaca dan seperti apa tulisan baru yang akan kita hadirkan.
Semakin banyak yang mengokreksi dan mengkritik berarti tulisan kita semakin berkualitas. Bahkan dalam dunia kepenulisan, tulisan dihina dan direndahkan oleh orang lain itu adalah suluh semangat untuk terua berkarya. Makanya bila ada pembaca yang mengoreksi dan mengkritik tulisan kita, berterima kasihlah dan jangan baperan!
Masih banyak kunci yang bisa kita jadikan sebagai pembuka bagi impian kita untuk menulis dan memiliki buku karya sendiri. Pembaca pun punya pengalaman dan ide tersendiri soal kepenulisan. Namun beberapa poin di atas bisa dijadikan sebagai penambah dari apa yang sudah kita miliki selama ini. Tujuannya sederhana saja, yaitu berbagi pengalaman dan menyemangati diri sendiri juga sesama.
Saya tentu bukan orang yang layak dijadikan contoh untuk soal ini atau seputar kepenulisan. Karena sampai detik ini saya tidak berprofesi sebagai penulis. Tulisan saya pun biasa-biasa saja. Saya menulis karena panggilan hati saja. Benar-benar ingin punya karya tulis terutama buku. Walaupun selama ini sudah menulis puluhan buku. Saya merasa belum cukup. Saya tak mau puas dengan buku yang sudah ada. Harus menulis lagi buku yang lebih berkualitas.
Pada kondisi yang terbatas dari berbagai sisi dan infrastruktur yang masih terbelakang atau jauh dari yang saya saksikan di berbagai Kota di seluruh Indonesia, saya punya impian agar dari sini terlahir karya tulis jenial, terutama dalam bentuk buku.
Susahnya air minun, minimnya fasilitas penerangan dan jauhnya warga masyarakat dari jalan beraspal juga mobil angkutan umum justru menjadi sumber inspirasi dan energi untuk menulis atau menghadirkan karya tulis seperti buku yang bisa dibaca dan bermanfaat bagi banyak orang.
Saya menyaksikan sendiri, bahwa kampung Cereng masih jauh dari kemajuan fasilitas dan pelayanan umum. Begitu juga kampung di sekitarnya, seperti Leheng, Ceremba, Mbala, Naga, Wae Racang, Rua, Lando, Bokak Rangga, Langka, Nunang, Nggoang dan sebagainya. Secara umum masih butuh kerjasama berbagai elemen agar semuanya semakin maju.
Menulis terutama menulis buku memang tidak memiliki dampak langsung kepada pembangunan. Namun dengan menulis buku kita bisa membangun jiwa dan jalan pikiran generasi penerus di kampung-kampung tersebut dengan karya tulis seperti buku.
Kini sudah saatnya bagi kita untuk terus menebar semangat dan manfaat, terutama dengan memanfaatkan berbagai media yang sudah datang atau hadir secara gratis di depan kita. Bahkan kini sudah masuk ke kamar tidur dan kantong celana juga baju kita. Itulah yang kita sebut dengan Handphon alias HP.
Sungguh, ini adalah momentum besar bagi kita untuk menulis banyak hal, termasuk menulis buku. Silahkan pahami modalnya, lalu telisik secara mendalam dan tindaklanjuti dengan praktik secara langsung. Sebab menulis itu seperti mencinta, ia kata kerja tapi akan bermakna manakala diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata alias praktik! (*)
Syamsudin Kadir; Pendiri Komunitas Cereng Menulis