Jumat, Juni 27, 2025
  • Tentang Kami
  • Periklanan
  • Karir
Lensaparlemen.com
  • Parlemen
  • Nasional
  • Pemerintah
  • Berita Daerah
    • All
    • Lintas Jawa
    • Lintas Nusa
    • Lintas Sumatera

    Santuni 40 Yatim Piatu, Squad 05 Komitmen Perkuat Silaturahmi dan Saling Membantu.

    Rumah Semi Permanen Kembali Terbakar di Kapuk Muara

    Rumah Semi Permanen Kembali Terbakar di Kapuk Muara

    Sekjen PKS Minta Para Anggota DPRD PKS Bekerja Lebih Cekatan Menghadapi Pemilu 2024

    Sekjen PKS Minta Para Anggota DPRD PKS Bekerja Lebih Cekatan Menghadapi Pemilu 2024

  • Olahraga
  • Ekonomi
  • Login
No Result
View All Result
Lensaparlemen.com
Home Nasional

Bagaimana Jalan Panjang Pengembangan Prototipe Vaksin COVID-19 Indonesia Yang ditargetkan siap awal 2021

Suranto by Suranto
Juni 10, 2020
in Nasional
Reading Time: 8 mins read
0
Bagaimana Jalan Panjang Pengembangan Prototipe Vaksin COVID-19 Indonesia Yang ditargetkan siap awal 2021
0
SHARES
14
VIEWS
Share on FacebookShare on WhatsappShare on Twitter

Related posts

Seminar Cyber Freedom: Bangkitkan Semangat Kepahlawanan, Lawan Ancaman Siber

Seminar Cyber Freedom: Bangkitkan Semangat Kepahlawanan, Lawan Ancaman Siber

November 12, 2024
Ketua DPRD DKI Jakarta Komitmen Perjuangkan Beasiswa Pendidikan Warganya Ke Luar Negeri

Ketua DPRD DKI Jakarta Komitmen Perjuangkan Beasiswa Pendidikan Warganya Ke Luar Negeri

Oktober 13, 2024
Hampir 3 bulan sejak COVID-19 dinyatakan sebagai pandemi global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah infeksi kini telah melebihi enam juta jiwa dengan hampir 400 ribu kasus kematian.
 
Berbagai negara kini berlomba-lomba mengembangkan vaksin. Hingga 2 Juni, terdapat 133 proyek pengembangan vaksin COVOD-19. Sepuluh di antaranya yang telah memasuki tahapan uji klinis.
 
Indonesia sendiri telah memulai upaya pengembangan vaksin dengan membentuk Konsorsium COVID-19 pada akhir Maret. Konsorsium ini terdiri dari instansi pemerintahan seperti Lembaga Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) dan Lembaga Biologi Molekuler (LMB) Eijkman, berbagai perguruan tinggi, dan juga perwakilan industri farmasi seperti BUMN PT Biofarma.
 
Hingga kini, konsorsium tersebut telah berhasil menggalang lebih dari Rp 200 milyar dari berbagai sumber, dengan Rp 5 milyar di antaranya dianggarkan untuk pengembangan vaksin COVID-19.
 
 
Pada umumnya, pengembangan vaksin semestinya mencapai 5-15 tahun. Namun, di tengah pandemi yang telah membunuh hampir 400 ribu nyawa dan memperlambat ekonomi dunia, berbagai tim riset mencoba melakukannya hanya dalam 2 tahun.
 
Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro sendiri menargetkan bahwa Konsorsium COVID-19 akan memiliki prototipe vaksin pada bulan April 2021, untuk kemudian siap dilakukan pengujian pada manusia.
 
Apa saja yang harus dilalui dalam pengembangan vaksin ini?
 
Prototipe vaksin ditargetkan siap awal 2021
Ni Nyoman Puspaningsih, koordinator Tim Riset COVID-19 di Universitas Airlangga mengatakan bahwa langkah awal yang harus dilakukan adalah memetakan urutan genom dari coronavirus pasien yang ada di Indonesia.
 
“Ini penting untuk melihat apakah Indonesia ada bedanya dengan negara Asia lainnya atau Eropa atau Amerika, ada mutasi atau tidak. Kalau beda, desain vaksin yang tepat menjadi penting karena belum tentu cocok dengan yang ada di negara lain,” katanya.
 
Pada awal Mei lalu, LBM Eijkman pertama kalinya mengirimkan tiga urutan genom coronavirus di Indonesia kepada GISAID, bank data virus influenza terbesar di dunia.
 
Sejauh ini, Konsorsium COVID-19 telah menyelesaikan sembilan urutan – tujuh dari Eijkman dan dua dari Universitas Airlangga.
 
“Karena urutan genom lengkap dari virus COVID19 [di Indonesia] sudah ada datanya, sehingga sekarang bisa mulai mendesain vaksin. Ini tahapan awal yang diperlukan,” tambah Nyoman.
 
Desain dari vaksin yang digunakan berbagai negara dan tim riset di dunia bervariasi. Terdapat desain vaksin yang bekerja dengan pelemahan virus, rekayasa asam nukleat, hingga memasukkan sebagian protein virus ke dalam sel perantara.
 
Konsorsium COVID-19 sendiri mengumumkan pada pertengahan Mei lalu akan mengembangkan vaksin yang berbasis pada metode terakhir di atas, atau umumnya disebut dengan ‘protein rekombinan’.
 
Metode ini adalah yang umumnya digunakan untuk memproduksi vaksin Hepatitis B, dan juga merupakan desain yang dipilih oleh perusahaan farmasi dari Amerika Serikat (AS), Novavax – satu dari sepuluh pengembang vaksin COVID-19 yang tercatat telah memasuki tahap pengujian klinis.
 
 
“Masing-masing negara pun bisa berbeda, mana [protein] yang bisa menimbulkan stimulan antibodi yang tinggi, karena setiap protein dari virus ini berbeda,” terang Kambang Sariadji, seorang peneliti biomedis di Litbangkes Kementerian Kesehatan.
 
“Terkadang protein A bisa tingkatkan 90% antibodi, kadang B 70%. Harus diuji [di laboratorium] mana yang lebih kuat antigenitasnya.”
 
Sama seperti target Menristek, Konsorsium COVID-19 berencana menghasilkan kandidat vaksin yang siap diuji secara klinis paling lambat bulan April 2021.
 
Pengujian dan produksi massal
Biasanya, sebelum memasuki pengujian pada manusia, kandidat vaksin diuji efektivitas dan juga keamanannya pada sel dan hewan dalam suatu laboratorium dengan tingkatan keamanan Bio-Safety Level (BSL) 3.
 
Namun, Kambang mengatakan bahwa pada masa darurat pandemi, pengembangan vaksin bisa langsung lompat ke pengujian klinis pada manusia, sebelum pada akhirnya mengajukan izin ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan diproduksi masal.
 
Beberapa pengembang virus termasuk perusahaan bioteknologi AS Moderna, misalnya, melewati tahap uji pada hewan. Mereka memasuki tahap uji klinis hanya kurang dari tiga bulan sejak genom coronavirus pertama di terbitkan di bank data biologis Genbank.
 
“Tahap pra-klininik ada sebetulnya dilakukan dengan hewan cobaan, tapi nanti [dalam masa pandemi] bisa dipotong. Langsung saja begitu antigen-nya kuat, diuji pada manusia secara klinis,” katanya.
 
Meskipun demikian, hal ini masih menjadi perdebatan. Beberapa peneliti mengimbau bahwa tingkat keamanan vaksin akan dikorbankan apabila memotong langkah pengujian pra-klinis dan klinis.
 
Tahapan uji klinis sendiri memiliki tiga fase pengujian.
 
Pertama, pada sampel yang kecil untuk melihat respon antibodi.
Kedua, pada sampel yang lebih besar dengan karakter pasien yang paling rawan terkena virus
Ketiga, pada jumlah yang massal – ratusan atau ribuan pada beberapa lokasi yang berbeda – untuk melihat efektivitas pada jangka waktu tertentu.
“Begitu lolos uji fase satu, dua dan tiga, maka PT Biofarma akan produksi secara massal, setelah itu akan disampaikan melalui Dinas Kesehatan seluruh masyarakat untuk bisa diimunisasi vaksin COVID-19,” kata Kambang.
 
“Dari situ diharapkan dengan 80% yang diimunisasi timbul herd immunity [kekebalan kelompok]. Mungkin awalnya proyek pilot di provinsi atau kabupaten, kalau bagus lanjut provinsi lainnya.”
 
David Handojo Muljono, Deputi Direktur LBM Eijkman mengatakan ada kepentingan tersendiri untuk Indonesia bisa mengembangkan vaksin secara mandiri dan tidak bergantung pada negara lain.
 
“Ini semua negara butuh, rebutan. Bayangkan kalau negara lain [sudah mengembangkan terlebih dahulu] akan dia jual ke kita dengan harga mahal. Jadi kalau bisa kita buat efisien dan lebih ringan dan bisa produksi dalam negeri, itu aspek-aspek yang harus dipikirkan,” katanya.
Previous Post

Gubernur Viktor; Kejayaan Sektor Peternakan NTT Menjadi Mimpi Besar Saya

Next Post

Nur Azizah Desak Kemenag Terapkan Standar Halal, Busana Indonesia Tak Bisa Diekspor ke Timur Tengah

Next Post
Nur Azizah Desak Kemenag Terapkan Standar Halal, Busana Indonesia Tak Bisa Diekspor ke Timur Tengah

Nur Azizah Desak Kemenag Terapkan Standar Halal, Busana Indonesia Tak Bisa Diekspor ke Timur Tengah

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BROWSE BY CATEGORIES

  • Berita Daerah
  • Ekonomi
  • Lintas Jawa
  • Lintas Nusa
  • Lintas Sumatera
  • Nasional
  • Olahraga
  • Parlemen
  • Pemerintah
  • Uncategorized

BROWSE BY TOPICS

#baladumkm #disparsumbar #kabupatentanahdatar #MakinCakapDigital #LiterasiDigital #SiberKreasi #DigitalCulture #DigitalEtihcs #DigitalSkills #DigitalSafety #LiDigSumatera1 #pemkotdepok #sandiagauno #tanahdatar Ahmad Yohan BIM BSA Corona Corona di Kota Depok Depok Dinas Pariwisata Pemprov Sumatera Barat Dispar Sumbar Dkr kota depok DPR RI Ekraf dan UMKM khas Ranah Minang Hj Nur Azizah Indonesia Kadistan Toli Kemenparkraf Kementan Kementerian Pariwsata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Komisi VIII Nur Azizah Kundapil Nur Azizah Tamhid NTB NTT Nur Azizah Tahmid Nur Azizah Tamhid PB ISSI PKS Reses Nur Azizah Tamhid Sandiaga Uno Sekda kota depok Sumatera Barat Sumbar Tasrif SH MH TdS 2021 Tolitoli Tour de Singkarak Tour de Singkarak (TdS) 2021 Tourism UMKM Wali Kota Depok

POPULAR NEWS

  • Muhammadiyah Memberi Masukan Kepada Pemerintah Hadapi Covid-19

    Muhammadiyah Memberi Masukan Kepada Pemerintah Hadapi Covid-19

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Syafril Pakar Pendidikan; Mendikbud Gagap Menghadapi Covid-19

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • CANTIKNYA BUKIT MUHAMMADIYAH DI MANGGARAI BARAT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lima Ribu Guru P3K Akan Kepung Kemendikbudristek, Apa Tuntutan Mereka?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hotel Triza: Akomodasi Yang Nyaman di Kota Painan Kabupaten Pesisir Selatan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Lensaparlemen.com

Ikuti Lensa Parlemen

Berita Terbaru

  • (tanpa judul)
  • (tanpa judul)
  • Seminar Cyber Freedom: Bangkitkan Semangat Kepahlawanan, Lawan Ancaman Siber
  • Tentang Kami
  • Periklanan
  • Karir

© 2020 Tim LensaParlemen.com

No Result
View All Result
  • Parlemen
  • Nasional
  • Pemerintah
  • Berita Daerah
    • Lintas Nusa
    • Lintas Jawa
    • Lintas Sumatera
  • Olahraga
  • Ekonomi

© 2020 Tim LensaParlemen.com

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In