Padang — Audy Joinaldy ternyata sangat tertarik dengan konsep Community Based Tourism alias wisata berbasis masyarakat. Ia bahkan menyusun sendiri schedule untuk datang ke sejumlah lokus sembari mengajak Kadispar Provinsi Sumbar. “Saya ingin melihat tempat-tempat wisata yang dikelola oleh masyarakat ini dalam perspektif sebagai Tourism enthusiast. Bukan sebagai Wakil Gubernur,” sebut pria murah senyum ini saat sampai di Wisata Alam Kapalo Banda, Nagari Taram, Kabupaten 50 Kota pada Jum’at (14/1) lalu. Ungkapan ini segera disambut oleh Kadis Pariwisata Sumatera Barat, Novrial. “Artinya pak Wagub, murni melihat semua ini dalam perspektif sebagai wisatawan,” kata Novrial diamini Audy.
Setelah sebelumnya datang ke empat lokus pemenang Anugerah Desa Wisata Indonesia, Kamis-Jum’at (13-14/1) lalu Audy memang menyambangi 3 lokus lainnya yang sebelumnya sudah meraih penghargaan nasional pula. Yang pertama dikunjungi adalah Green Talao Park. Di destinasi unggulan berbasis konservasi dan edukasi ini, Audy cukup takjub terhadap dukungan masyarakat. “Baru kali ini saya kunjungan ke sebuah destinasi pariwisata disambut oleh Ninik Mamak sebanyak ini. Ini seperti acara pengangkatan Datuk, padahal ini kunjungan biasa,” sebutnya. Menurut Audy, kehadiran Ninik Mamak tersebut adalah bukti bahwa Ady Kurniawan (founder GTP-red) telah berhasil meraih simpati dan sokongan maksimal dari para pemangku adat yang notabene menjadi kunci kelancaran pengelolaan destinasi.
Audy juga memuji keragaman paket kreatif yang ditawarkan oleh GTP. Ia bahkan tertarik pula untuk mencoba salah satu paket yakni “Mangaca Talao” bersama keluarganya. “Paket itu akan sangat menarik bagi anak saya. Saya mau ajak dia kesini,” sebutnya. Sekali lagi, Audy tekankan, saat paket itu ia pesan ia akan datang sebagai wisatawan. Dengan mengenakan Deta yang dipakaikan oleh pemangku adat Rangkayo Amai Saik, Audy berdiskusi dengan sangat cair bersama para niniak mamak dan pengelola Green Talao Park.
Kunjungan berikutnya menyasar Kubu Gadang. Desa Wisata yang baru saja memperoleh Sertifikasi Nasional ini membuat Audy berdecak. Presentasi oleh founder Yuliza Zein mendapat perhatian serius dari pemimpin milenial ini. Berkali-kali Audy menyatakan kekagumannya atas perjuangan para penggerak Kubu Gadang. Ia bahkan bersedia menjadi salah satu anggota Koperasi Wisata Syari’ah yang akan didirikan oleh Yuliza.
Titik terakhir adalah Kapalo Banda Taram (Wakanda). Menariknya, disini, Audy tidak disambut pakai tari galombang atau silek. Ia malah dinanti dengan aktifitas gotong royong. Founder Wakanda Muhammad Yahdi mengaku memang tidak menyiapkan apa-apa agar Audy melihat sendiri rutinitas para pengelola. Disini Audy tertarik dengan paket tracking ke Virgin Forestry yang dijabarkan Yahdi. “Kita atur waktu nanti. Saya bakal datang kesini tanpa atribut Wagub. Saya mau jadi wisatawan biasa,” katanya. Audy memberi masukan untuk memaksimalkan sejumlah aspek, serta memperkuat pemasaran. “Agar transaksi di warung-warung ibu-biu kita ini lebih maksimal, ada bagusnya dibikin aturan supaya tamu tak membawa makanan ke dalam. Nanti biar mereka belanja hanya di warung-warung disini saja,” kata Audy.
Diakhir kunjungan Audy mengharapkan agar para pengelola pariwisata berbasis masyarakat/komunitas ini lebih banyak memperhatikan secara detail perihal kebersihan dan penataan lokasi serta promosi. “Dalam pandangan saya, Adi, Yahdi dan Liza ini sudah sukses. Mereka harus menyebarkan virus-virus kesuksesan itu ke objek lainnya,” sebutnya. (Rilis)