Kamis, November 20, 2025
  • Tentang Kami
  • Periklanan
  • Karir
Lensaparlemen.com
  • Parlemen
  • Nasional
  • Pemerintah
  • Berita Daerah
    • All
    • Lintas Jawa
    • Lintas Nusa
    • Lintas Sumatera

    Santuni 40 Yatim Piatu, Squad 05 Komitmen Perkuat Silaturahmi dan Saling Membantu.

    Rumah Semi Permanen Kembali Terbakar di Kapuk Muara

    Rumah Semi Permanen Kembali Terbakar di Kapuk Muara

    Sekjen PKS Minta Para Anggota DPRD PKS Bekerja Lebih Cekatan Menghadapi Pemilu 2024

    Sekjen PKS Minta Para Anggota DPRD PKS Bekerja Lebih Cekatan Menghadapi Pemilu 2024

  • Olahraga
  • Ekonomi
  • Login
No Result
View All Result
Lensaparlemen.com
Home Nasional

Jalan Pancasila Muhammadiyah

Suranto by Suranto
September 11, 2020
in Nasional
Reading Time: 3 mins read
0
Jalan Pancasila Muhammadiyah
0
SHARES
25
VIEWS
Share on FacebookShare on WhatsappShare on Twitter

Muhammadiyah dan Darul Ahdi Wasyahadah

Di balik gemerlap perhelatan Ganefo 1963, Kasman Singodimejo mendekam di penjara yang dingin di Desa Tjiloto Tjianjur. Di sana ia mulai menulis buku berjudul Renungan dari Balik Penjara (1967) sebagai cara mengisi waktu luang menunggu kejelasan penahanan dirinya yang disebut melanggar pasal 169 KUHP. Setelah Masyumi dibubarkan oleh Soekarno, aktivitas politik kelompok muslim menjadi sangat terbatas. Ini kali kedua Kasman ditahan, pertama oleh Belanda pada Mei 1940, dan kini oleh pemerintah negara yang diperjuangkannya. Dalam buku Renungan Kasman banyak menulis mengenai refleksi kebangsaan, mulai dari strategi kelompok Islam mengisi kemerdekaan, tafsir Pancasila, kajian Manipol-Usdek, poros Nasakom hingga perjuangan Islam. Penting diperhatikan, meski berada di dalam penjara, aktivis Muhammadiyah ini dengan sangat jernih menuliskan visi kebangsaannya. Kasman menulis:

Related posts

Seminar Cyber Freedom: Bangkitkan Semangat Kepahlawanan, Lawan Ancaman Siber

Seminar Cyber Freedom: Bangkitkan Semangat Kepahlawanan, Lawan Ancaman Siber

November 12, 2024
Ketua DPRD DKI Jakarta Komitmen Perjuangkan Beasiswa Pendidikan Warganya Ke Luar Negeri

Ketua DPRD DKI Jakarta Komitmen Perjuangkan Beasiswa Pendidikan Warganya Ke Luar Negeri

Oktober 13, 2024

“Kaum Muslimin sebagai bagian dari Rakjat Indonesia—bagian jang terbesar—saja umpamakan kini bersama dengan bagian-bagian Rakjat Indonesia jang lain berada di-kapal. Kapal itu namanja R.I. dan kini dengan penuh semangat sedag berevolusi-berlajar [..] di samudera luas menudju Pulau Tudjuan jang namanja ‘Keadilan Sosial’ dimana akan terdapat kemakmuran/kebahagiaan bersama jang merata adil, tanpa penindasan berupa apapun. Nachoda kapal tersebut kini namanja Bung Karno, Landasa kapal itu terbuat dari badja buatan Indonesia jang namanja Ketuhanan J.M.E., sumber Pantjasila. Kompas dan haluan dari kapal tersebut kini adalah Manipol Usdek. Bendera jang berkibar dari kapal tiu ialah Merah Putih (bukan Putih Merah). Nah kita kaum Muslimin berada di kapal itu. Itulah keadaan dan faktanja jang senjata-njatanja.” (hlm. 13)

Sebagaimana termaktub pada kutipan di atas, Kasman mengatakan bahwa umat Islam berada di atas “Kapal” bernama Republik Indonesia bersama-sama kelompok lainnya sebagai “rakyat.” Perhatikan bagaimana Kasman memperluas posisi “kaum Muslimin” sebagai “rakyat” yang ditegaskan sebagai “fakta yang senyata-nyatanya.” Mengherankan bahwa Kasman masih menulis dengan jernih dan lurus mengenai tafsirnya atas Pancasila. Tidak muncul nada dalam tulisan Kasman yang menyindir Soekarno dan Pancasila yang mulai berwujud politik represif.

Fakta bahwa ia dipenjarakan sama sekali tidak mengubah sikapnya atas nilai-nilai luhur Pancasila. Bahkan Kasman percaya bahwa Islam harus terlibat dalam revolusi bangsa yang belum selesai selama kesejahteraan dan keadilan sosial belum terpenuhi. Membaca buku Renungan Kasman, pembaca dihadapkan pada sikap teguh seseorang yang mencintai masa depan bangsanya. Apalagi, dia menyempatkan untuk menulis suatu interpretasi yang cukup panjang (nyaris 100 halaman) mengenai makna butir-butir Pancasila. Penderitaan Kasman mirip sebagaimana yang dialami oleh Buya Hamka ketika dipenjarakan Soekarno. Mereka bersikap objektif terhadap penahanan sebagai pengorbanan atas situasi bangsa yang dengan segala kekurangannya hendak menapaki jejak baru.

Kebanyakan tokoh-tokoh Islam modernis termasuk sebagian besarnya dari Muhammadiyah merasakan pahitnya situasi politik selama masa kebangkitan republik. KH. Mas Mansur meninggal di dalam tahanan NICA pada 1946. Kasman ditahan pemerintah rezim Soekarno pada 1963, setahun berikutnya Buya Hamka pada 1964. Pengorbanan yang tidak kecil bagi bangsa Indonesia. Pergantian dari rezim ke rezim pun tidak selalu berarti baik bagi Muhammadiyah. Pada masa Soeharto, posisi Muhammadiyah sama sulitnya. Berikutnya ketika era reformasi Muhammadiyah masih harus berhadapan dengan (lagi) tuduhan sebagai “perpanjangan tangan” kaum Wahhabi.

Jalan Pancasila Muhammadiyah

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa lenyapnya riwayat politik nasionalisme Islam modernis mempengaruhi perdebatan kebangsaan Indonesia kontemporer. Termasuk di dalamnya adalah peningkatan sentimentalitas dalam perbincangan ideologi kebangsaan akhir-akhir ini. Muhammadiyah berada di seberang jalan yang jauh lebih terjal karena dianggap kurang mempromosikan gerakan melawan Islam transnasional yang seringkali dianggap sebagai indikator penting patriotisme pasca reformasi. Jika kita menarik benang lebih jauh lagi asumsi itu terlampau keliru dan mengada-ada.

Kedatangan Jepang ke Indonesia pada 1942 berpengaruh langsung pada posisi kelompok Islam. Pada masa pendudukan pemerintah kolonial Belanda, kelompok Islam tidak bisa berbuat banyak dalam bidang politik, kebudayaan dan organisasi. Memang Muhammadiyah termasuk satu-satunya organisasi Islam yang mampu berkembang luas hingga ke luar Jawa. Tapi kondisi secara umum di bawah pemerintahan Belanda tidak menguntungkan sama sekali. Sebaliknya, kelas priyayi Jawa menempati posisi bagus pada masa Belanda. Membaca sejarah nasionalisme tanpa memperhatikan pengaruh kebijakan Belanda pada eksistensi Islam modernis berakibat buruk pada polarisasi perdebatan nasionalisme pada masa kini. Contohnya bukan saja pada kontribusi aktivis, ulama dan tokoh laki-laki, tapi juga peran aktivis perempuan dari organisasi Aisyiyah (organisasi perempuan Muhammadiyah) jadi seolah-olah tanpa pijakan historis.

Ada tiga “jalan Pancasila” Muhammadiyah. Pertama, sebagai penggagas perumusan Pancasila melalui keterlibatan Ki Bagoes Hadikoesoemo (BPUPKI dan PPKI) dan Abdul Kahar Moezakir (BPUPKI dan Panitia Sembilan). Kedua, sebagai inisiator pertama tafsir teologis dan politik atas butir-butir Pancasila, contohnya oleh Buya Hamka Urat Tunggang Pantjasila (1951) dan Kasman Singodimedjo Renungan dari Balik Penjara (1967). Ketiga, sebagai komunitas epistemik, Muhammadiyah menggunakan Pancasila dan UUD 1945 sebagai tonggak moral dan etika dalam setiap rumusan hidup berbangsa dan bernegara.

Meski sejarah Pancasila sendiri mengandung proses yang mengecewakan bagi kelompok Islam modernis seperti Muhammadiyah, bukan berarti bahwa komitmen teologis dan politik mereka berbelok arah. Sebaliknya, pasca perumusan, Muhammadiyah merupakan organisasi Islam yang sangat terikat dengan cita-cita moral Pancasila. Pada teks sambutan Muktamar Pimpinan Pusat Aisyiyah di Bandung tahun 1965 tertulis:

“Aisjijah harus menghadapi tantangan zamannja, dengan bersendjatakan pedoman2 [..] pedoman kita adalah, Pantjasila dan Manipol serta segala pedoman pelaksanaannja, dan anggaran dasar Muhammadijah, qoidah2nja, Chittah Muhammadijah dan kepribadiannja.”

Penegasan keterikatan antara Muhammadiyah dan visi Kebangsaan berlangsung sepanjang waktu. Pada 2012 di kota yang sama yakni Bandung Muhammadiyah memformulasikan keterikatan itu dengan memproklamirkan konsep Dar al-Ahdi wa Dar al-Syahadah (bdk. Nashir, 2014:116). Tidak diragukan lagi bagi Muhammadiyah Pancasila adalah keyakinan dan cita-cita keadilan sosial. Suatu penemuan jati diri kebangsaan yang historis dan penuh pengorbanan.

Previous Post

PDIP dan Aktivis Dorong Pengesahan RUU PKS, 9 Pasal Tambahan Diusulkan

Next Post

Kadispar Prov. Sumbar Ajak Pokdarwis Mengemas Tema Story Telling untuk Menarik Minat Wisatawan

Next Post
Kadispar Prov. Sumbar Ajak Pokdarwis Mengemas Tema Story Telling untuk Menarik Minat Wisatawan

Kadispar Prov. Sumbar Ajak Pokdarwis Mengemas Tema Story Telling untuk Menarik Minat Wisatawan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BROWSE BY CATEGORIES

  • Berita Daerah
  • Ekonomi
  • Lintas Jawa
  • Lintas Nusa
  • Lintas Sumatera
  • Nasional
  • Olahraga
  • Parlemen
  • Pemerintah
  • Uncategorized

BROWSE BY TOPICS

#baladumkm #disparsumbar #kabupatentanahdatar #MakinCakapDigital #LiterasiDigital #SiberKreasi #DigitalCulture #DigitalEtihcs #DigitalSkills #DigitalSafety #LiDigSumatera1 #pemkotdepok #sandiagauno #tanahdatar Ahmad Yohan BIM BSA Corona Corona di Kota Depok Depok Dinas Pariwisata Pemprov Sumatera Barat Dispar Sumbar Dkr kota depok DPR RI Ekraf dan UMKM khas Ranah Minang Hj Nur Azizah Indonesia Kadistan Toli Kemenparkraf Kementan Kementerian Pariwsata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Komisi VIII Nur Azizah Kundapil Nur Azizah Tamhid NTB NTT Nur Azizah Tahmid Nur Azizah Tamhid PB ISSI PKS Reses Nur Azizah Tamhid Sandiaga Uno Sekda kota depok Sumatera Barat Sumbar Tasrif SH MH TdS 2021 Tolitoli Tour de Singkarak Tour de Singkarak (TdS) 2021 Tourism UMKM Wali Kota Depok

POPULAR NEWS

  • Muhammadiyah Memberi Masukan Kepada Pemerintah Hadapi Covid-19

    Muhammadiyah Memberi Masukan Kepada Pemerintah Hadapi Covid-19

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Syafril Pakar Pendidikan; Mendikbud Gagap Menghadapi Covid-19

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • CANTIKNYA BUKIT MUHAMMADIYAH DI MANGGARAI BARAT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lima Ribu Guru P3K Akan Kepung Kemendikbudristek, Apa Tuntutan Mereka?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hotel Triza: Akomodasi Yang Nyaman di Kota Painan Kabupaten Pesisir Selatan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Lensaparlemen.com

Ikuti Lensa Parlemen

Berita Terbaru

  • (tanpa judul)
  • Harga Emas Sentuh Rekor Tertinggi Baru, Capai Rp 2,1 Jutaan per Gram
  • Muhamad Ridwan, Master Dealer Berprestasi, Ajak Masyarakat Kaya dengan Emas
  • Tentang Kami
  • Periklanan
  • Karir

© 2020 Tim LensaParlemen.com

No Result
View All Result
  • Parlemen
  • Nasional
  • Pemerintah
  • Berita Daerah
    • Lintas Nusa
    • Lintas Jawa
    • Lintas Sumatera
  • Olahraga
  • Ekonomi

© 2020 Tim LensaParlemen.com

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In