Dunia pada umumnya masih dalan situasi tidak normal. Indonesia pun masih dalam situasi tidak ada kepastian untuk normal seperti biasanya. Tentu kondisi ini melumpuhkan semua aktivitas mamusia terutama di ruang publik dengan masa yang banyak. Corona sudah menjadi hantu dunia yang sangat menakutkan bagi semua kalangan masyarakat. Tidak mengenal kelas sosial, kaya miskin, identitas agama, suku bangsa, warna kulit, rakyat jelata sampai pejabat dilahap habis sebagai sasaran. Tidak ada yang kebal baginya jika sudah terinveksi walau memang harapan sembuh masih besar bagi yang imunnya kuat.
Virus ini bukan persoalan bisa sembuh atau tidak, tapi sudah terlanjur menjadi hantu dunia yang sangat menakutkan dan bisa menerkam siapa saja, sangat mengganggu psikologi semua orang. Bagaimana tidak terganggu, jika ada yang teridentivikasi masih status orang dalam pemantauan (ODP) saja, pasti dikucilkan oleh masyarakat. Bahkan meninggalpun tidak dikubur seperti biasa, tidak ada kerumunan kerabat keluarga yang mengantar jenazah seperti pada umumnya. Tidak ada yang mau diperlakukan seperti itu. Meninggal seorang diri seperti tidak punya sanak saudara dan keluarga. Bagaimana tidak takut, bahkan di beberapa tempat ada yang demo menolak jenazah di makamakan di tempatnya saking panik dengan makhluk kecil bernama corona. Solusi pemerintah adalah membuat lahan kuburan tersendiri agar tidak jadi polemik. Betul-betul menjadi hantu bagi masyarakat.
Bayangkan dengan angka kematian masal yang sangat tinggi, sampai negara kuat dan sehebat Amerika Serikat (AS) kehilangan akal mengatasinya. Di AS sendiri tercatat 1.570. 583 kasus sebagai negara pemegang rekor kasus tertinggi. Indonesia berdasarkan data perhari Kamis 21 Mei 2020 mencapai angka 19.189 kasus dengan kriteria 13.732 dirawat, 1.242 meninggal, 4.575 sembuh (sumber harian Kompas). Angka-angka itu belum ada tanda untuk berakhir dan bukan angka yang rendah. Perkembangan grafiknya semakin naik mencapai 1000 kasus setiap hari. Sungguh perkembangan kasus yang luar biasa. Setiap kita punya peluang menjadi sasaran intainya (corona) jika kita hidup sambrono (tidak mau tau) untuk menerapkan protokol kesehatan yang diatur.
Fokus Memperbaiki Pola Hidup Sehat
Saatnya kita untuk fokus mencegah dimulai dari pribadi dan keluarga untuk menerapkan pola hidup sehat. Bukan waktunya lagi untuk berdebat apalagi saling menyalahkan dan menuding pihak tertentu tentang skenario sumber virus dan cara penanganannya. Rakyat menyalahkan pemerintah yang tidak serius penanganannya yang cenderung tidak konsisten dengan kebijakannya (mungkin karena bingung dengan ribetnya masalah). Pemerintah menyalahkan rakyat yang tidak taat dengan standar protokol Covid 19 yang telah diatur. Semua menganggap dirinya benar dan saling menyalahkan. Saya akui, masih banyak kekurangan dalam penanganan, tapi kita jangan terlena untuk saling menyalahkan tanpa berbuat sesuatu, minimal untuk diri dan keluarga kita.
Mari kita kita tinggalkan perdebatan tidak bermakna. Sebagai orang beriman yang memiliki keyakinan, semua hidup ini ada yang mengatur. Harus yakin ini semua adalah ujian yang Allah timpahkan kepada kita. Apakah kita akan mengambil hikmah dari fenomena bencana dunia ini, atau malah kita mengutuk keadaan ini tanpa ada ikhtiar saking pasrahnya kita dengan keadaan.
Bencana Covid 19 yang melanda dunia ini tidak bisa kita menolak dengan kepasrahan. Sejal awal muncul kasus ini pemerintah dan pihak-pihak terkait sudah melakukan imbauan dan edukasi terkait protokol penanganan Covid 19. Sebagai langkah ikhtiar, kita harus patuh terhadap protokol yang diatur. Ikuti imbauan. Selalu cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keluar rumah pakai masker, berada di tempat umum selalu waspada dan jaga jarang, selalu bawa hand sanitizer, perkuat imun tubuh, olahraga yang teratur, jaga pola makan yang sehat. Hal itu semua langkah ikhtiar untuk antisipasi kemungkinan buruk pada diri kita dan keluarga. Jangan terlalu panik dengan perkembangan kasus yang semakin meningkat, sebab itu akan mengganggu pikiran dan bisa jadi akan memunculkan penyakit baru dalam diri kita.
Musibah (Covid 19) Memperkokoh Semangat Gotong Royong
Berdasarkan rilis Word Giving Indeks 2018 (organisasi asal Inggris) menempatkan Indonesia sebagai peringkat 1 negara paling dermawan di dunia. Pengakuan itu semakin memperkuat dengan berbagai aksi nyata masyarakat Indonesia ketika menghadapi situasi bencana saat ini. Semangat gotong royong sudah menjadi kultur masyarakat Indonesia. Keterlibatan menangani Corona tidak hanya diserahkan kepada negara (pemerintah).
Organisasi Masyarakat (Ormas) dan kelompok masyarakat lainnya terlibat untuk galang donasi dan edukasi Covid 19 sebagai bentuk empati kemanusiaan. Misalnya aksi galang donasi yang dilakukan oleh Muhammadiyah dengan misi ta’awunnya (peduli sesama) yang membentuk satgas khusus Covid 19 dengan nama Muhammadiyah Covi-19 Coment Center (MCCC) untuk melakukan aksi kemanusiaan. Berdasarkan data yang masuk perhari Senin 18 Mei 2020, Muhammadiyah sudah menyumbangkan 130 Milyar dan 60.000 relawan, itu di luar penanganan di rumah sakit Muhammadiyah. Itu bukan angka yang sedikit. Belum lagi kalau digabungkan dengan ormas dan komunitas lain. Hal itu menunjukkan identitas masyarakat Indonesia yang selalu peduli sesama (gotong royong) sebagai warisan budaya leluhur.
Kita sebagai manusia harus sadar bahwa tidak ada yang berharga di dunia ini melainkan amal kita yang bermanfaat. Corona mengajarkan kita peduli sesama untuk saling berbagi. Masa sulit akibat Corona membuat kita harus iba sesama. Banyak yang kehilangan penghasilan, ribuan tenaga kerja di PHK, bahkan ada yang kelaparan karena tidak ada penghasilan. Inilah saatnya kita tunjukkan kepada dunia untuk peduli sesama sesuai kemampuan kita.
Ambil Hikmahnya
Covid 19 belum ada tanda berkahirnya. Saya memaknai Corona sudah mengajarkan banyak hal kepada kita untuk hidup bersih dan teratur. Keluar rumah selalau mamakai masker untuk menjaga dari polusi udara, selalu cuci tangan pakai sabun dan beragam pola hidup sehat lainnya. Pola hidup sehat sebenarnya pola hidup yang selayaknya harus dilakukan dalam setiap saat. Namun dengan adanya Corona semakin membentuk diri kita untuk selalu menerapkan pola hidup sehat. Corona mengajarkan kita, kaya, jabatan tinggi, status sosial terhormat tidak berarti jika Corona sudah mengahinggapinya.
Musibah Covid 19 mengajarkan untuk selalu menjaga imunitas agar tetap sehat dalam setiap keadaan. Bukan hanya imunitas fisik (jasad) yang harus diperkuat, namun memperkuat imunitas spiritual (iman) harus diperkokoh dalam situasi musibah seperti ini. Sebab dalam padangan hidup orang beragama setiap musibah adalah cobaan untuk menguji kesabaran dan kualitas iman. Yakin kita akan bisa melewati masa sulit ini dengan baik selama tetap memperhatikan protokol kesehatan yang diatur serta memperkuat imun spiritual. Momentum Ramadan adalah waktu yang mustazab untuk memperkuat imun spiritual. Apalagi di 10 malam terakhir (malam lailatul qadar) kesempatan emas bagi semua orang sambil memohon agar corona hilang dari bumi agar kembali kehidupan normal seperti sedia kala. Wallahu a’lam.
Supratman., S.Pd., M.Pd: Akdemisi Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) dan Sekretaris Lembaga Amil Zakat, Infak dan Sedekah Muhammadiyah (LAZISMU) NTB.